oleh
Aida Anwariyatul Fuadah
Menurut Rachmat Widodo, model pembelajaran berbicara ada delapan. Kedelapan model ini yaitu
bermain peran, parafrase, berbicara, menceritakan kembali, melanjutkan cerita, reka cerita gambar, bertanya, menjawab
pertanyaan. Model pembelajaran berbicara
yang di jelaskan oleh Rachmat Widodo dalam sebuah situs resminya (http://wyw1d.wordpress.com/tag/model-pembelajaran-berbicara/) pastinya memiliki
perbedaan dengan teori pakar lain. Sebagai calon guru hendaknya bisa
menggunakan model mana yang akan di gunakan dalam pembelajaran. Tentu saja
dengan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan model tersebut. Guru harus
mampu mengembangkan kelebihan dan meminimalisir kekurangan yang terdapat
pada model-model pembelajaran.
Menurut saya pribadi, model pembelajaran berbicara yang
efektif adalah bermain peran. Pada model
ini semua siswa dilibatkan untuk mampu berani berbicara. Sikap berani adalah
hal yang paling penting dalam pembelajaran berbicara. Banyak siswa yang ingin
berbicara namun terbentur dengan rasa malu atau bahkan takut kepada guru dan
teman-temanya. Hal ini yang saya soroti dalam pembelajaran berbicara, dimana
siswa harus mampu bahkan di tuntut untuk mendapatkan keberanian dalam hal berbicara.
Model ini pun memberikan nilai positif lainya yaitu mampu berperan menjadi
tokoh lainya yang bukan dirinya, siswa bisa mengapresiasi, bisa menghayati dan
lain sebagainya. Jadi, menurut saya model pembelajaran berbicara bermain peran
sangat cocok digunakan dalam proses belajar berbicara. Model ini digunakan oleh
SMA kelas XI.2 sesuai dengan SK KD tingkat SMA.
Tentu saja, dalam setiap model pembelajaran terdapat
langkah-langkah di dalamnya. Guru harus mampu menyusun langkah-langkah ketika
akan memulai pembelajaran berbicara. Saya mencoba membuat langkah-langkah
pembelajaran berbicara bermain peran.
1.
Guru
mempersiapkan gambar-gambar mengenai sebuah kegiatan dan terdapat empat sampai
lima orang tokoh dalam gambar
2.
Guru
menayangkan gambar tersebut melalui in
fokus
3.
Guru
membagi kelompok 4-5 orang siswa
4.
Guru
menugasi setiap kelompok, untuk menganalisi gambar dan kemudian membuat
percakapan dalam selembar kertas hasil diskusi
5.
Guru
menunjuk kelompok yang sudah siap untuk ke depan kelas, menjelaskan hasil
analisisnya dan bermain peran sesuai gambar yang di tentukan guru, dengan
percakapan yang otodidak
6.
Guru
memberikan motivasi kepada siswa
7.
Guru
memberikan komentar dari hasil presentasi siswa, guru mulai menjelaskan materi
sesuai tujuan yang ingin di capai
8.
Kesimpulan
Metode ini bersandar pada Examples Non Examples dari buku pandulan
Model-model pembelajaran bagi Guru MAN 2 Kota Bandung. Dalam langkah-langkah
tersebut saya memadukan antara model bermain peran dan reka cerita gambar.
Dimana siswa dilibatkan dalam berbagai aspek lainya selain bermain peran saja.
Melihat gambar, menganalisis gambar, berdiskusi gambar, berimajinasi, membuat
percakapan sehari-hari secara sederhana dan bermain peran sesuai gambar.
Dalam semua model pastinya ada kelebihan dan kekurangan. Dalam
model bermain peran ini terdapat kelebihan dari model yang lainya. Diantara kelebihanya
yaitu :
1.
Menjadikan
siswa subjek dalam pembelajaran
2.
Menuntut
siswa untuk berani berbicara
3.
Mengembangkan
potensi yang dimiliki siswa
4.
Mengukur
kemampuan siswa dalam hal berbicara
5.
Menumbuhkan
motivasi untuk menjadi lebih baik
6.
Sebagai
sarana latihan berbicara di muka umum
Kemudian dalam model pembelajaran bermain peran juga terdapat
kekurangan diantaranya yaitu :
1.
Kurangnya
kesiapan dari peserta didik
2.
Guru
harus lebih kreatif, apabila tidak maka model ini akan jauh dari harapan
3.
Egois
sesama peserta didik, menjadikan kurangnya kerja sama
4.
Kurangnya
komunikatif antara setiap kelompok
5.
Kreatif
siswa dibatasi oleh gambar yang disediakan
Demikianlah sekilas mengenai model
pembelajaran berbicara bermain peran yang saya modifikasi ulang. Semoga
memberikan manfaat kepada para pembaca. Model pembelajaran berbicara ini memang
belum pernah saya terapkan dalam kelas. Jadi, banyak kekurangan di dalamnya.
Semoga cepat atau lambat saya mampu menerapkanya. Sehingga saya bisa
mengevaluasi dan meminimalisir kekurang-kekurangan model bermain peran yang saya
modifikasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar